Pertama Kali Menyaksikan Tari Peresean
UNESCO – Sebagai seorang travel vlogger, perjalanan saya ke Lombok tidak hanya soal pantai eksotis dan Gunung Rinjani, tapi juga budaya unik yang bikin merinding. Sore itu, di sebuah lapangan desa di Lombok Tengah, saya berkesempatan menyaksikan Tari Peresean sebuah tradisi tarian sekaligus pertarungan adu rotan khas suku Sasak.
Suasananya meriah. Dua pria bertelanjang dada memasuki arena, masing-masing membawa penjalin (rotan keras) dan ende (perisai dari kulit kerbau). Begitu musik tradisional dimainkan, mereka mulai saling serang. Rotan berayun cepat, perisai menangkis, sorak penonton menggema.
Meskipun terlihat keras, wajah para petarung tetap tenang. Usai pertarungan, mereka saling berpelukan. Inilah keunikan Tari Peresean: pertarungan fisik yang diTari Peresean Lombok, Adu Rotan Bersejarah yang Disorot UNESCOakhiri dengan persaudaraan.
Sejarah Tari Peresean
Tari Peresean adalah warisan budaya suku Sasak, masyarakat asli Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Asal-Usul
- Awalnya, Tari Peresean dilakukan untuk ritual meminta hujan.
- Pertarungan dianggap bisa memanggil energi alam, khususnya dewa hujan, agar bumi kembali subur.
- Lama-kelamaan, Peresean juga dijadikan sarana melatih keberanian, terutama bagi para pemuda Sasak.
Kini, Tari Peresean lebih sering ditampilkan sebagai atraksi budaya, namun tetap mempertahankan nilai ritual dan filosofinya.
Filosofi di Balik Tari Peresean
Banyak wisatawan awalnya mengira Peresean hanyalah adu fisik. Padahal, tarian ini penuh simbol kehidupan.
Makna Filosofis
- Keberanian: setiap petarung harus siap menerima sakit demi kehormatan.
- Kedisiplinan: meski keras, ada aturan ketat yang harus dipatuhi.
- Persaudaraan: meski saling pukul, usai bertarung mereka berpelukan.
- Pengorbanan: luka yang muncul dianggap sebagai bentuk pengabdian bagi bumi dan leluhur.
Saya merasa filosofi ini seperti pesan moral: hidup penuh pertarungan, tapi harus diakhiri dengan persaudaraan.
Arena dan Perlengkapan Tari Peresean
Pertunjukan Peresean biasanya dilakukan di lapangan terbuka.
Peralatan Utama
- Penjalin → rotan yang digunakan sebagai senjata.
- Ende → perisai dari kulit kerbau tebal.
- Wasit (Pekembar) → memimpin pertarungan agar tetap adil.
Setiap kali penjalin mengenai tubuh lawan, penonton bersorak. Tapi ada aturan: hanya pukulan sah yang mendapat poin, bukan sembarangan serangan.
Musik dan Suasana Pertunjukan
Tari Peresean diiringi musik tradisional gendang beleq. Tabuhan gendang besar menciptakan suasana tegang namun meriah.
Atmosfer yang Dihadirkan
- Sorak penonton menambah semangat.
- Musik gendang memberi ritme pada pertarungan.
- Para petarung menari kecil sebelum menyerang, seolah menghormati lawan.
Sebagai penonton, saya merasa seperti masuk ke dunia lain—perpaduan antara tarian, ritual, dan olahraga tradisional.
Aturan dan Jalannya Pertarungan
Peresean tidak dilakukan sembarangan. Ada aturan adat yang harus dipatuhi.
Aturan Dasar
- Setiap pertarungan dipimpin oleh pekembar (wasit adat).
- Penjalin hanya boleh diarahkan ke bagian tubuh tertentu (tidak boleh ke kepala secara sengaja).
- Skor ditentukan dari ketepatan dan kekuatan pukulan.
- Pertarungan berakhir jika waktu habis atau salah satu menyerah.
- Setelah selesai, kedua petarung harus berjabat tangan dan berpelukan.
Inilah yang membuat Tari Peresean berbeda dari sekadar duel. Ia tetap menjunjung tinggi nilai sportivitas.
Tari Peresean di Mata Wisatawan
Kini, Tari Peresean menjadi salah satu atraksi utama pariwisata Lombok.

Dampak Positif
- Menjadi daya tarik wisata budaya.
- Memberi ruang bagi seniman lokal untuk terus berkarya.
- Menjadi ajang melatih fisik dan mental generasi muda Sasak.
Saya melihat banyak wisatawan asing kagum, bahkan tak jarang ada yang mencoba ikut bertanding. Meski hanya sebentar, pengalaman itu jadi kenangan tak terlupakan bagi mereka.
Tantangan dan Pelestarian Tari Peresean
Meski populer, Tari ini juga menghadapi tantangan.
Tantangan
- Masih ada yang salah paham menganggapnya kekerasan semata.
- Minim regenerasi, karena tidak semua pemuda Sasak mau belajar.
- Modernisasi membuat tradisi perlahan tersisih.
Upaya Pelestarian
- Festival Peresean rutin digelar di Lombok.
- Sanggar Seni Sasak mengajarkan teknik dan filosofi Peresean.
- Pemerintah NTB mempromosikan Peresean sebagai bagian dari pariwisata budaya.
Dengan cara ini, Tari initetap terjaga sebagai identitas budaya Sasak.
Pengalaman Pribadi Ikut Mencoba
Saya sempat ditawari untuk mencoba menjadi petarung Peresean. Awalnya ragu, tapi akhirnya saya mencoba. Dengan penjalin di tangan, saya berhadapan dengan seorang pemuda Sasak.
Hanya dalam satu menit, saya sudah merasa kewalahan. Rotan lawan mendarat di bahu saya, cukup sakit tapi tidak melukai parah. Setelah usai, kami berjabat tangan dan tertawa. Rasanya luar biasa: seperti ikut menjadi bagian dari tradisi yang berusia ratusan tahun.
Tari Peresean, Simbol Keberanian dan Persaudaraan
Tari Peresean dari Lombok adalah tradisi unik yang memadukan tarian, pertarungan, dan ritual. Meski terlihat keras, sejatinya ia mengajarkan keberanian, sportivitas, dan persaudaraan.
Sebagai travel vlogger, saya menuliskan kalimat ini di catatan perjalanan saya:
“Jika ingin merasakan jiwa Lombok, jangan hanya melihat pantainya. Datanglah ke arena Peresean. Di sana, kamu akan melihat keberanian yang diakhiri dengan pelukan persaudaraan.”