BMKG Beberkan Penyebab Banjir Sumatera: Hujan Sebulan Turun dalam Sehari

UNESCO – Penyebab Banjir Sumatera yang melanda sejumlah wilayah di Sumatera beberapa hari terakhir menarik perhatian publik. Tidak hanya karena luasnya area terdampak, tetapi juga karena intensitas hujan yang dinilai tidak biasa. BMKG akhirnya mengungkap penyebab utama Banjir Sumatera tersebut: curah hujan yang biasanya turun dalam waktu satu bulan, tumpah hanya dalam satu hari.

Fenomena ini menyebabkan sistem aliran sungai tidak mampu menampung volume air yang sangat besar dalam waktu singkat. Akibatnya, air meluap ke permukiman, merendam rumah, fasilitas umum, dan memutus akses jalan di beberapa kabupaten. Situasi ini diperparah oleh cuaca ekstrem yang diprediksi masih berlangsung hingga beberapa hari ke depan.

Curah Hujan Ekstrem: Tingkat Tertinggi dalam Beberapa Tahun

Menurut BMKG, hujan deras dengan intensitas ekstrem turun hampir tanpa jeda selama 12–18 jam. Dalam kurun waktu tersebut, jumlah air hujan yang tercatat mencapai angka yang biasanya baru terkumpul dalam satu bulan.

Faktor-faktor yang memicu curah hujan ekstrem tersebut antara lain:

  • Awan konvektif masif yang terbentuk akibat pemanasan permukaan bumi
  • Aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO) yang memperkuat intensitas hujan
  • Pergerakan angin monsun barat yang membawa uap air besar dari Samudra Hindia
  • Topografi Sumatera yang membuat awan hujan tertahan lebih lama di wilayah pegunungan

Kombinasi faktor tersebut menciptakan kondisi cuaca yang tidak dapat diantisipasi oleh sistem drainase dan aliran sungai di wilayah-wilayah rawan.

Dampak Meluas di Beberapa Wilayah Sumatera

Banjir tidak terjadi secara merata, tetapi beberapa wilayah mengalami genangan paling parah. Daerah yang berada di dataran rendah serta dekat aliran sungai menjadi lokasi terdampak terbesar.

Beberapa akibat yang muncul akibat Banjir Sumatera ekstrem:

  • rumah warga terendam,
  • jalan nasional dan jembatan rusak,
  • aktivitas sekolah dan perkantoran terhenti,
  • fasilitas publik ikut terendam,
  • sejumlah desa menjadi terisolasi sementara.

Di beberapa titik, warga mengaku tidak sempat menyelamatkan barang-barang penting karena air naik sangat cepat.

Penjelasan BMKG: Apa yang Sebenarnya Terjadi?

BMKG menjelaskan bahwa banjir Sumatera bukan hanya karena hujan deras, tetapi karena intensitas hujan yang jauh melampaui kemampuan lahan dan sungai menyerap air. Dengan kata lain, volume air terlalu besar dalam waktu yang terlalu singkat.

Hujan ekstrem tersebut diperkirakan mencapai skala:

  • >150 mm/hari (kategori sangat lebat)
  • >200 mm di beberapa lokasi (kategori ekstrem)

BMKG menegaskan bahwa fenomena semacam ini dapat terjadi ketika beberapa kondisi atmosfer saling bertemu dan memperkuat satu sama lain.

Banjir Cepat (Flash Flood): Mengapa Air Naik Begitu Cepat?

Dalam situasi ini, warga melaporkan bahwa air tiba-tiba naik hanya dalam hitungan jam. Ini sesuai dengan karakteristik Banjir Sumatera cepat atau flash flood.

Faktor-faktor pendukungnya:

  • curah hujan ekstrem pada malam hari,
  • air kiriman dari hulu yang turun bersamaan,
  • sungai-sungai kecil yang tidak mampu menahan debit air besar,
  • kontur tanah yang menyulitkan air meresap.

Flash flood biasanya lebih sulit diprediksi karena bisa terjadi meski hujan tampak normal di satu lokasi, tetapi sangat lebat di bagian hulu.

Pengaruh Lingkungan dan Kondisi Lahan

Selain faktor meteorologi, kondisi lingkungan di sekitar wilayah terdampak juga mempengaruhi tingkat keparahan banjir.

Beberapa hal yang menjadi perhatian:

  • berkurangnya daerah resapan air,
  • pembangunan padat di pinggir sungai,
  • sedimentasi sungai yang meningkat,
  • perubahan tata ruang yang cepat di kota dan desa.

BMKG menegaskan bahwa upaya mitigasi bencana harus mencakup pengelolaan lingkungan, bukan hanya respons darurat.

BMKG Imbau Warga Tetap Waspada

Meskipun sebagian wilayah mulai surut, BMKG mengingatkan bahwa potensi hujan sedang hingga lebat masih ada dalam beberapa hari ke depan.

Masyarakat diminta:

  • memantau informasi resmi cuaca,
  • menghindari daerah rawan longsor,
  • tidak beraktivitas dekat sungai yang debitnya naik,
  • menyiapkan langkah evakuasi mandiri jika diperlukan.

Pemerintah daerah juga diminta meningkatkan kesiapsiagaan posko bencana dan memperkuat koordinasi dengan BPBD.

Tanggapan Pemerintah Daerah dan Penanganan Awal

Pemerintah kabupaten/kota yang terdampak telah mengaktifkan status siaga Banjir Sumatera. Bantuan logistik mulai disalurkan, terutama untuk warga yang mengungsi dan desa-desa yang terisolasi sementara.

Beberapa langkah penanganan awal yang dilakukan:

  • evakuasi warga dari lokasi berbahaya,
  • pengiriman makanan siap saji,
  • penyediaan posko kesehatan,
  • pembukaan dapur umum,
  • distribusi air bersih.

Namun beberapa daerah yang aksesnya terputus memerlukan waktu lebih lama untuk dijangkau.

Analisis Jangka Panjang: Perubahan Iklim dan Cuaca Ekstrem

BMKG menilai bahwa frekuensi cuaca ekstrem meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini diduga berkaitan dengan perubahan iklim global.

Dampaknya antara lain:

  • hujan ekstrem lebih sering terjadi,
  • musim hujan lebih panjang atau tidak menentu,
  • risiko banjir dan longsor meningkat,
  • suhu permukaan laut lebih hangat memicu pembentukan awan hujan.

Dengan tren tersebut, wilayah-wilayah rawan banjir di Sumatera harus memperkuat mitigasi dan infrastruktur pengendali air.

Perlu Kolaborasi untuk Menghadapi Cuaca Ekstrem

Fenomena banjir di Sumatera adalah peringatan bahwa perubahan pola cuaca harus dihadapi secara serius. Penjelasan BMKG bahwa curah hujan bulanan tumpah dalam satu hari menunjukkan betapa ekstremnya kondisi yang terjadi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *