Upacara Sekaten: Tradisi Sakral Peringati Maulid Nabi di Keraton

BUDAYA8 Views

Sekaten: Perpaduan Iman dan Budaya

UNESCO – Sekaten adalah salah satu upacara paling ikonik di Jawa, khususnya di Yogyakarta dan Surakarta. Tradisi ini digelar setiap tahun untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW atau hari lahir Nabi. Tidak hanya sekadar ritual keagamaan, Upacara Sekaten adalah momen besar yang memadukan unsur dakwah Islam, seni, budaya, dan ekonomi rakyat.

Selama satu pekan penuh, masyarakat dari berbagai daerah datang ke alun-alun keraton untuk menghadiri rangkaian acara. Mulai dari tabuh gamelan pusaka, kirab gunungan, hingga pasar malam rakyat yang menjadi hiburan sekaligus ajang silaturahmi.

Jejak Sejarah Upacara Sekaten

Tradisi Upacara Sekaten berakar dari masa Wali Songo, khususnya Sunan Kalijaga. Pada abad ke-15, beliau memanfaatkan kesenian gamelan sebagai sarana dakwah. Tabuhan gamelan dipakai untuk menarik perhatian masyarakat agar datang mendengarkan ajaran Islam.

Kata “sekaten” diyakini berasal dari syahadatain, dua kalimat syahadat, sebagai ajakan bagi masyarakat untuk mengikrarkan keislaman. Dari sinilah lahir kebiasaan menabuh gamelan di halaman masjid keraton pada peringatan Maulid Nabi.

Seiring waktu, tradisi ini menjadi agenda resmi Keraton Yogyakarta dan Surakarta, dilaksanakan secara turun-temurun hingga kini.

Rangkaian Prosesi Upacara Sekaten

Upacara Sekaten berlangsung selama tujuh hari dengan prosesi yang terstruktur dan sarat simbol.

1. Kirab Gamelan Pusaka

Acara dimulai dengan kirab gamelan pusaka Kyai Guntur Madu dan Kyai Guntur Sari dari keraton menuju Masjid Gedhe Kauman (Yogyakarta) atau Masjid Agung (Surakarta). Gamelan diarak secara khidmat, diiringi abdi dalem dengan busana adat lengkap.

2. Tabuh Gamelan Sekaten

Selama satu pekan, gamelan ditabuh setiap siang dan malam. Bunyi gamelan yang khas dipercaya membawa berkah. Masyarakat percaya bahwa mendengarkan gamelan Upacara Sekaten dengan hati tulus bisa mendatangkan keselamatan.

3. Pasar Malam Sekaten

Salah satu daya tarik utama Upacara Sekaten adalah pasar malam. Ratusan pedagang berjualan makanan tradisional, mainan anak, dan kerajinan tangan. Wahana permainan seperti komidi putar, bianglala, dan tong setan menjadi hiburan favorit pengunjung.

4. Puncak Garebeg Maulud

Hari terakhir adalah puncak acara: Garebeg Maulud. Keraton mengeluarkan Gunungan, tumpukan hasil bumi berbentuk kerucut, yang diarak dari keraton menuju masjid. Setelah doa bersama, gunungan diperebutkan warga karena dipercaya membawa berkah dan kemakmuran.

Filosofi dan Makna Spiritual Sekaten

Upacara Sekaten memiliki filosofi yang mendalam:

  • Gamelan Sekaten: simbol dakwah yang mengajak masyarakat mendekat pada nilai-nilai Islam.
  • Gunungan: lambang kemakmuran, rasa syukur, dan doa agar hasil bumi melimpah.
  • Pasar Malam: cermin kebersamaan dan kegembiraan rakyat.
  • Kirab dan Doa Bersama: pengingat teladan Nabi Muhammad SAW serta momen refleksi spiritual.

Dengan filosofi tersebut, sekaten mengajarkan keseimbangan antara ritual keagamaan, hiburan, dan persatuan sosial.

Sekaten sebagai Identitas Budaya Jawa

Bagi masyarakat Yogyakarta dan Surakarta, sekaten bukan hanya upacara religius, tetapi juga identitas budaya. Keraton memainkan peran penting menjaga agar tradisi ini tetap lestari.

Upacara Sekaten memperlihatkan akulturasi yang indah antara ajaran Islam dan adat Jawa. Tradisi ini menjadi contoh nyata bagaimana budaya lokal bisa menjadi media dakwah yang damai dan penuh kearifan.

Dampak Sosial dan Ekonomi

Selain makna religius, sekaten memberi dampak positif pada perekonomian rakyat. Pasar malam sekaten menjadi peluang usaha bagi pedagang kecil, pengrajin, dan pelaku UMKM.

Ribuan wisatawan datang setiap tahun, mendorong sektor pariwisata Yogyakarta dan Surakarta. Hotel, restoran, dan transportasi ikut merasakan peningkatan pendapatan selama periode sekaten.

Sekaten di Mata Wisatawan

Bagi wisatawan, Upacara Sekaten adalah atraksi budaya yang memikat. Banyak turis mancanegara sengaja datang untuk menyaksikan prosesi kirab dan memotret momen puncak perebutan gunungan.

Namun, pihak keraton tetap mengingatkan wisatawan agar menjaga etika, berpakaian sopan, dan tidak mengganggu jalannya prosesi sakral.

Tantangan Pelestarian Sekaten

Modernisasi membawa tantangan baru. Komersialisasi pasar malam terkadang membuat nilai spiritual sekaten terpinggirkan. Selain itu, generasi muda perlu terus diedukasi agar memahami makna sebenarnya dari sekaten, bukan hanya menganggapnya hiburan.

Keraton dan pemerintah daerah kini aktif melakukan inovasi seperti digitalisasi promosi, pembuatan dokumentasi film, dan edukasi di sekolah-sekolah untuk menjaga semangat Upacara Sekaten tetap hidup.

Sekaten, Tradisi yang Menyatukan

Upacara Sekaten adalah perayaan iman dan budaya yang memadukan tabuh gamelan, kirab gunungan, doa bersama, dan pasar malam rakyat. Upacara ini tidak hanya memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, tetapi juga mengajarkan nilai kebersamaan, syukur, dan persaudaraan.

Dengan pelestarian yang baik, sekaten akan terus menjadi kebanggaan Yogyakarta dan Surakarta sekaligus daya tarik wisata budaya Indonesia. Tradisi ini adalah bukti bahwa kearifan lokal dapat hidup berdampingan dengan modernitas, sekaligus memperkuat identitas bangsa.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *