UNESCO – Seni tari memiliki posisi penting dalam kebudayaan Jawa. Bagi masyarakat Jawa, tarian bukan sekadar hiburan atau pertunjukan estetika, tetapi juga media penyampai nilai, etika, dan ajaran hidup. Ada tarian yang digunakan untuk ritual keagamaan, ada yang menjadi bagian dari penyambutan tamu, ada pula yang digunakan untuk menggambarkan karakter ideal manusia Jawa. Salah satunya adalah Tari Pangarep.
Tari Pangarep sering dipahami sebagai tarian yang menampilkan karakter seorang pemimpin. Kata “pangarep” sendiri berasal dari bahasa Jawa yang berarti yang di depan, yang memimpin, atau panutan. Oleh karena itu, tarian ini memiliki makna simbolis yang dalam: tentang keteladanan, ketenangan, kebijaksanaan, dan kontrol diri.
Sejarah Tari Pangarep
Tari Pangarep berkembang pada masa kerajaan Jawa klasik, terutama ketika kebudayaan keraton berkembang pesat di wilayah Mataram, Surakarta, dan Yogyakarta. Pada masa itu, pendidikan mengenai kepemimpinan tidak hanya berfokus pada strategi dan kemampuan berbicara, tetapi juga pengendalian diri, rasa hormat, dan kehalusan sikap.
Latar Sejarah Budaya
- Berasal dari lingkungan istana (keraton), bukan dari rakyat biasa.
- Dijadikan bagian dari pembelajaran budi pekerti bagi calon bangsawan.
- Dipentaskan dalam acara ritual penghormatan, pernikahan, atau upacara kerajaan.
Di lingkungan keraton, seseorang yang dipersiapkan menjadi pemimpin harus dibentuk karakternya. Tari Pangarep digunakan sebagai latihan untuk membentuk kesabaran, rasa seimbang, ketenangan, dan wibawa. Karena itu, gerakan dalam tarian ini dibuat perlahan, terukur, dan penuh kesadaran.
Filosofi dan Makna Mendalam
Tari Pangarep tidak hanya indah secara estetika, tetapi kaya dengan makna dan simbol. Setiap gerakan tangan, langkah kaki, hingga tatapan mata memiliki pesan tertentu.
Nilai yang Dikandung Tari Pangarep
| Nilai | Makna | Contoh dalam Gerakan |
|---|---|---|
| Kepemimpinan | Pemimpin harus berada di depan dan menjadi teladan | Gerakan melangkah mantap ke depan |
| Kesabaran | Tindakan harus dilakukan dengan pertimbangan matang | Tempo gerakan yang pelan dan terkendali |
| Kehalusan Budi | Tutur kata dan sikap harus lembut | Gerakan tangan melengkung halus |
| Pengendalian Diri | Emosi tidak boleh meledak-ledak | Ekspresi wajah tenang, tidak berlebihan |
| Keseimbangan Hidup | Harmoni hubungan sosial | Posisi tubuh yang stabil dan simetris |
Bagi masyarakat Jawa, pemimpin ideal bukan yang berbicara keras, tetapi yang tenang, matang, dan mampu mengarahkan tanpa memaksa. Itulah karakter yang digambarkan dalam tarian ini.
Gerakan Tari Pangarep
Gerakan dalam tari ini halus, mengalir, dan dipenuhi kehati-hatian. Tidak ada hentakan atau gerakan ekstrim lainnya.
Ciri Khas Gerakan
- Langkah kaki kecil dan perlahan
Tanda bahwa setiap keputusan harus diambil dengan penuh pertimbangan. - Gerakan tangan melengkung lembut
Melambangkan sikap halus dan penuh penghormatan terhadap sesama. - Postur tubuh tegak namun rileks
Menunjukkan wibawa sekaligus kedewasaan. - Ekspresi wajah tenang
Memberikan kesan pemimpin yang tidak mudah terpancing emosi.
Gerakan ini tampak sederhana, tetapi sebenarnya sangat sulit dilakukan tanpa latihan mendalam. Diperlukan kesabaran, konsentrasi, dan kontrol tubuh yang kuat.
Kostum dan Tata Rias
Kostum dalam Tari Pangarep menjadi bagian penting dalam memperkuat makna filosofis tarian.
Kostum yang Digunakan
- Kebaya berwarna lembut (putih, hijau muda, cokelat muda).
- Kain batik motif parang atau sidomukti, yang memiliki makna kepemimpinan dan keagungan.
- Selendang yang digunakan untuk memperhalus gerakan tangan.
- Sanggul sederhana dengan hiasan bunga melati sebagai simbol kesucian budi.
Tidak ada warna yang terlalu mencolok atau perhiasan berlebihan. Semua unsur dipilih untuk menggambarkan kesederhanaan namun tetap berwibawa.
Musik Pengiring: Gamelan yang Menenangkan
Tari Pangarep diiringi gamelan Jawa pelog atau slendro. Tempo musiknya pelan dan stabil, menciptakan suasana tenang dan penuh harmoni.
Instrumen yang umum digunakan:
- Kendang (mengatur tempo)
- Saron
- Gender
- Gong
- Gambang
Musiknya tidak mendominasi suasana, tetapi memberi ruang bagi penari untuk menyampaikan ekspresi batin.
Fungsi Sosial dalam Upacara dan Kehidupan
Hingga kini, Tari Pangarep masih kerap ditampilkan dalam berbagai acara tradisi.
Fungsi Tari Pangarep
- Pembukaan acara resmi berbasis budaya Jawa
- Penyambutan tamu terhormat
- Resepsi pernikahan adat Jawa
- Pagelaran seni dan festival tingkat daerah maupun nasional
Dalam pernikahan, tari ini menjadi doa agar kehidupan rumah tangga dipenuhi kedamaian, saling menghormati, dan saling menguatkan.
Pelestarian Tari Pangarep di Era Modern
Di era digital dan budaya populer yang bergerak cepat, tantangan melestarikan Tari Pangarep cukup besar. Namun, banyak komunitas budaya masih menjaganya.
Cara Pelestarian
- Sanggar tari mengajarkan Tari Pangarep kepada anak-anak.
- Festival budaya rutin menampilkan tarian ini sebagai bagian pertunjukan tradisi.
- Dokumentasi digital melalui video, buku ajar, dan media sosial.
- Universitas seni dan institut budaya memasukkan tari ini dalam kurikulum akademik.
Para pelaku budaya percaya bahwa melestarikan Tari Pangarep berarti melestarikan karakter bangsa.
Kesimpulan
Tari Pangarep bukan sekadar tarian tradisional. Ia adalah cerminan nilai kepemimpinan Jawa yang lembut namun kuat, bijaksana namun tegas, sederhana namun berwibawa. Tarian ini mengingatkan bahwa kekuatan sejati bukan berasal dari suara keras atau tindakan agresif, melainkan dari ketenangan hati, kebersihan niat, dan kemampuan mengendalikan diri.
